Sambutan Dirjen Bimas Hindu

Oṁ swastyastu.

Pustaka Suci Bhagavadgītā dibangun dari 700 untaian sloka yang membentuk delapan belas bab sebagai satu kesatuan pustaka yang utuh. Apabila direkonstruksi, kedelapanbelas bab tersebut terdiri dari tiga bagian. Pertama (bab I-VI) melukiskan dialog tentang hakikat disiplin kerja tanpa mengharapkan hasil kerja itu sendiri dan hakikat eksistensi sifat jiwa yang melekat dalam tubuh manusia. Kedua (bab VII-XII), berisi dialog antara Arjuna dan Kṛṣṇa yang mengeksplanasi tentang hakikat ilmu pengetahuan dan hakikat Brahman sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga (bab XIII-XVIII) dialog antara Arjuna dan Kṛṣṇa menjelaskan simpulan dialog bagian pertama dan kedua yang pada hakikatnya menguraikan doktrin disiplin seluruh jiwa dan raga sebagai landasan kerja yang diabadikan sebagai persembahan kepada Brahman (Tuhan).

Oleh karena berisi landasan Etik Agama Hindu, Bhagavadgītā merupakan pustaka yang sangat penting bagi umat Hindu. Menurut para ahli, Bhagavadgītā disampaikan secara dialogis katekismus (bersoal jawab) antara Mahaguru Kṛṣṇa dan Arjuna disusun oleh Maha Ṛṣi Vyāsa sekitar tahun 450-400 Sebelum Masehi. Keindahan sloka yang tiada banding, maupun makna universalitas yang dikandungnya menyebabkan Bhagavadgītā dikagumi dan dibaca di seluruh dunia, baik oleh umat Hindu maupun umat agama lain. Sir Edwin Arnold menyebut Bhagavadgītā sebagai The Song Celestial (Nyanyian Surgawi), sedangkan Edward J. Thomas menyatakan bahwa Bhagavadgītā adalah The Song of Lord (Nyanyian Tuhan). Para cendikiawan lain menyebut Bhagavadgītā sebagai kamus spiritual, sumber pencerahan, hingga jalan menuju kelepasan. Pernyataan ini dilandasi oleh kenyataan bahwa Bhagavadgītā mengandung ajaran-ajaran tentang kebenaran yang hakiki, kebenaran yang tak terbantahkan.

Dalam perjalanan sejarahnya Bhagavadgītā dalam aksara dan bahasa Sanskerta telah diterjemahkan ke dalam berbagai aksara dan bahasa di seluruh dunia. Penerjemahan itu, merupakan upaya untuk memahami dan mendalami makna ajaran yang terkandung di dalamnya. Demikian pula dalam sosialisasinya telah ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk; seni lukis, seni kriya, maupun seni sastra. Tentu di balik upaya sosialisasi itu terkandung upaya didaktik (mengajarkan sesuatu).

Berkenaan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu telah membentuk Tim Pengkaji dan Penerjemah Pustaka Suci Veda atau disebut sebagai Vedānuvāda Samiti, yang diberi tugas untuk menerjemahkan Pustaka Suci Bhagavadgītā agar bisa diterima oleh umat Hindu di seluruh nusantara. Vedānuvāda Samiti ini diharapkan menjadi cikal bakal dari lembaga penerjemah Pustaka Suci Veda yang dan nanti bisa diakui setara dengan Lembaga Pentashifan Mushaf Quran yang sudah memiliki struktur di Kementerian Agama RI. Keberadaan Vedānuvāda Samiti ini menjadi penting karena terjemahan Pustaka Suci Veda yang dipakai oleh umat Hindu di Indonesia perlu standarisasi yang baik mengingat beragam etnis dan budaya yang ada di kalangan masyarakat Hindu di seluruh Nusantara. Standarisasi terjemahan ini diharapkan dapat mengurangi ṛṣistensi yang ada di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Vedānuvāda Samiti ini juga diisi oleh para pakar di bidang kesusastraan Hindu dan tokoh umat Hindu yang sudah dikenal luas di kalangan umat Hindu.

Terjemahan Pustaka Suci Bhagavadgītā oleh Vedānuvāda Samiti juga sudah diujipublikkan dan mendapat masukan dari para pakar kesusastraan Hindu, tokoh Parisada, dan akademisi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu di Indonesia. Oleh karena itu saya berharap terjemahan Pustaka Suci Bhagavadgītā ini dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan dan pembinaan umat Hindu untuk meningkatkan sraddha dan bhaktinya mengingat banyaknya aspirasi dari umat kepada kami yang menginginkan adanya terbitan pustaka-pustaka suci Hindu.

Terima kasih kepada Tim Pengkaji dan Penerjemah Pustaka Suci Veda (Vedānuvāda Samiti) yang sudah bekerja secara maksimal dan optimal untuk mewujudkan karya ini serta kepada semua pihak yang telah membantu terbit dan beredarnya Pustaka Suci Bhagavadgītā ini. Semoga swadharma Bapak/Ibu semua mendapatkan anugerah yang tak terhingga dari Hyang Widhi Wasa.

Sebagai living document, tentu terjemahan Pustaka Suci Bhagavadgītā nanti akan mengalami penyempurnaan-penyempurnaan seiring dengan perkembangan zaman. Lebih-lebih Pustaka Suci Bhagavadgītā ini nanti juga akan dibuat dalam 2 versi, cetak dan digital. Dalam versi digitalnya nanti tentu akan sangat mudah untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan yang tentunya dengan kajian yang mendalam.

Akhirnya semoga Pustaka Suci Bhagavadgītā ini bermanfaat bagi umat Hindu di Indonesia.

Oṁ śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṁ.

 

Jakarta, September 2021

Direktur Jenderal Bimas Hindu Republik Indonesia,

 

Dr. Tri Handoko Seto, SSi, MSc.